12 November 2013

Talkshow "Ketika Perempuan Menulis" Penerbit Bukune

Mungkin saat ini waktu yang pas untuk ngepost tentang Talkshow "Ketika Perempuan Menulis" yang diadakan oleh penerbit Bukune. Acaranya hari Sabtu, tanggal 2 November 2013 lalu. Penulis-penulis yang bercerita seputar dunia tulis menulisnya ada Aditia Yudis, Ifnur Hikmah, dan Hapsari Anggarani. (Mudah-mudahan nggak salah tulis nama >,<)

Setelah lama nggak mengikuti acara-acara semacam talkshow dan workshop di bidang tulis menulis, akhirnya saya bisa lagi ikutan. Itupun sepulang dari bergabung di Workshop Menulis untuk TV dan FILM, dengan pembicaranya Mas Adi Nugroho.

Acara Bukune ini berlangsung sekitar satu jam lebih, dimulai pukul 16:30 hingga 17:30 WIB. Kebetulan, nggak disangka-sangka bisa ketemu lagi dengan mbak Widya Oktavia selaku editor dari buku-buku ketiga penulis tadi. Syukurnya, Mbak Wid masih ingat sama saya karena sebelumnya kita pernah ketemu di Talkshow Penulis Gagas Media dan Bukune dalam rangkaian acara Festival Pembaca Indonesia di Pasar Festival Jakarta.

Meski acara berlangsung hanya satu setengah jam, banyak hal-hal yang bisa saya bawa pulang. Ketiga penulis bercerita tentang pengalamannya menulis hingga bisa diterbitkan menjadi buku. Dari pengalaman-pengalaman yang mereka ceritakan, banyak hal yang bisa saya pelajari atau setidaknya bisa menggumamkan kata-kata 'Oh, jadi ternyata begitu toh caranya...' sambil manggut-manggut sok paham wkwk~

Talkshow "Ketika Perempuan Menulis" (02/11) di TM Book Store, Depok Town Square

Ketiga penulis ini juga punya pengalaman yang berbeda-beda saat mengawali dunia tulis-menulis. Mbak Hapsari contohnya, ia mulai menulis sejak SMP akibat kecintaannya pada seorang idola pada jamannya. Ia mengabadikan memorinya tentang idola-idolanya itu dalam sebuah diary. Dari situ, mulailah ia terpicu untuk memberikan sedikit imajinasi tentang idola-idolanya. Lahirlah sebuah cerita-cerita pendek. Ia aktif menulis sejak itu. Saat kuliah, ia mulai beralih menulis sejenis karya ilmiah dan jurnal-jurnal. Tetapi, ia pun menyadari bahwa ia merindukan untuk menulis fiksi. Kini, novelnya yang terbit sudah ada tiga buku.

Berbeda dengan Mbak Aditia Yudis yang karya-karya sudah lebih banyak. Padahal ia masih sangat muda. Ia mulai menulis sejak SMP. Awalnya ia ingin membuat komik. Tapi akhirnya ia beralih menulis fiksi dalam bentuk cerpen dan novel. Ia juga bercerita tentang ide-ide cerita dari setiap tulisan-tulisannya, semuanya terinspirasi dari kehidupan sekitarnya. Novel terbarunya berjudul "Mendekap Rasa" ia tulis berduet dengan Ifnur Hikmah. Awalnya mereka bisa berduet karena keduanya sering bertukar tulisan berupa cerita pendek.

Para Penulis Bukune: Hapsari A, Aditia Yudis, Ifnur Hikmah. Editor: Widya Oktavia

Ada banyak hal yang dapat dijadikan ilmu tersendiri untuk saya yang saat ini sedang menulis novel berdua dengan teman saya, Patrisia Devitasari. Novel kami sudah sempat ditawarkan ke sebuah penerbit ternama, tetapi sang editor meminta untuk sebagian ceritanya diubah alurnya. Akhirnya kami jungkir balik lagi untuk menulis cerita dari awal. (Jadi curcol hehehe)

Jujur, menulis duet itu memang tidak semudah menulis sendiri. Begitu juga yang dikatakan oleh Mbak Adit dan Mbak Ifnur. Mereka berbagi pengalaman tentang menulis duet. Salah satunya adalah adanya "kesepakatakan" yang sudah diketahui oleh dua penulis.

Kata mereka: jika ingin menulis duet, kedua penulis harus menjaga komunikasi dengan baik. Agar cerita yang dibuat bisa satu pikiran dan tidak banyak perbedaan. Mereka juga harus membuat outline atau kerangka cerita dengan kesepakatan. Jika ada yang merasa tidak sreg dengan salah satu alur atau bagian cerita, setiap penulis berhak untuk mengubah selama itu ternyata lebih baik. Saat menulis duet, setiap penulis harus mampu meredam keegoisannya masing-masing. Sebab ini kan proyek berdua, jadi "keinginan-keinginan" pribadi itu harus bisa disimpan dulu. Dan yang terpenting adalah, kedua penulis WAJIB HUKUMNYA membuat karakter tokoh yang kuat. Lagi-lagi kedua penulis harus saling mengetahui karakter-karakter tokoh dalam novel mereka.

Hampir satu setengah jam lamanya, obrolan dan diskusi berisi tentang keberadaan "Karakter Tokoh" memiliki peran yang sangat penting dalam menulis novel. Bahkan katanya, kalau bisa karakter tokoh itu dibuat dengan melihat atau memperhatikan orang-orang terdekat dan sudah dikenal agar lebih kuat dan nyata. Ya, sebisa mungkin seorang penulis harus bisa membuat tokoh dalam ceritanya menjadi senyata mungkin. Susah? Tidak jika kamu mau mencoba dan berusaha huehehehe ^^

Nah, begitulah cerita singkat dari pertemuan di talkshow beberapa minggu lalu. Senangnya, karena saya banyak bertanya, saya terpilih untuk menjadi orang beruntung yang mendapat bingkisan dari Bukune. Hahay~~

Intinya, kalau mau menulis itu coba dulu. Atau diawali dengan niat. Nah, setelah itu coba buat kerangka cerita agar kamu lebih mudah menulis hingga ending. Ingat tuh kata mbak-mbak penulis, KARAKTER TOKOH NOVEL harus dibuat senyata mungkin, sedetail mungkin, dan sekuat mungkin. Setelah itu, kamu buat deadline yah teman-teman, supaya kamu bisa disiplin menulis. Jadi deh novelmu :)

Saya ucapkan terima kasih untuk Bukune yang sudah mengadakan acara bermanfaat seperti tu. Semoga lain waktu diadakan lagi dan saya bisa ikutan lagi. Buat kamu-kamu yang sedang menulis, semangat yah! Jangan menyerah! Doain juga yah novel saya cepat selesai. Amin :D

Saya bersama mereka, uhuy ^^

Doa saya setelah ikutan talkshow: semoga suatu hari saya bisa duduk di depan banyak orang menjadi pembicara dan berbagi pengalaman seputar dunia tulis menulis seperti mbak-mbak penulis di atas. AMIIIIN.

See you!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar