2 November 2011

Candi Plaosan sebagai Warisan Budaya Indonesia

Komplek Candi Plaosan sebagai Warisan Budaya Nasional
Oleh Rara Indah Nova Nindyah, 1006764750

A.    Nama Situs                
Candi Plaosan

B.     Provinsi
Jawa Tengah
C.    Lokasi Geografis
Percandian Plaosan merupakan satu komplek percandian yang terletak di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Candi ini terletak kira-kira satu kilometer ke arah timur-laut dari Candi Prambanan. Secara astronomis percandian Plaosan terletak pada titik ordinat 7° 44'32 Lintang Selatan dan 110 ° 30'11,07 Bujur Timur. Candi Plaosan ini sangat unik dan menarik karena terbagi dari dua bagian yaitu Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul sehingga sering disebut candi kembar.
D.    Deskripsi Situs

Candi Plaosan merupakan sebuah komplek percandian yang sangat luas. Candi Plaosan merupakan candi bercorak Budha yang dibangun pada abad ke-9 M, saat pada masa kerajaan Mataram Kuna.
Komplek percandian ini dibangun oleh pasangan raja dan permaisurinya yang bernama Rakai Pikatan dengan Pramudya Wardhani. Menurut salah satu sumber, Rakai Pikatan adalah seorang raja keturunan dari Wangsa Sanjaya pada masa kerajaan Mataram Kuno yang beragama Hindu. Sedangkan Pramudya Wardhani adalah keturunan dari Wangsa Sailendra yang merupakan keturunan kerajaan beragama Budha.
Pada data sejarah yang tertulis menurut salah satu sumber, bahwa candi Plaosan merupakan bukti cinta Rakai Pikatan kepada Pramudya Wardhani. Sebab pada waktu itu, telah diketahui bahwa pernikahan antara Rakai Pikatan dengan Pramudya Wardhani tidak disetujui oleh masing-masing keluarga besar (wangsa). Keduanya memang sama-sama berasal dari dua kerajaan yang pernah berjaya di Jawa akan tetapi berbeda prinsip, budaya, dan agama. Meskipun adanya pertentangan, keduanya tetap memutuskan untuk menikah. Maka dibangunlah candi Plaosan sebagai bentuk simbol keabadian cinta mereka. Konon, candi Candi Plaosan dibuat sendiri oleh Rakai Pikatan dengan permasurinya, Pramudya Wardhani.
Candi Plaosan terletak di Letak Candi Plaosan Lor berada di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Candi ini berada 1,5 kilometer di timur Candi Sewu tidak jauh dari Candi Prambanan sekitar 3 kilometer di timur laut dan 1,5 kilometer ke arah utara jalan raya Yogyakarta – Solo.
Candi Plaosan itu terdiri atas candi Plaosan Lor dan candi Plaosan Kidul. Candi Plaosan juga dikenal dengan sebutan candi kembar. Dikatakan candi kembar karena kedua candi tersebut memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Candi kembar ini berada dalam halaman berukuran 300 x 476,50 m2, tetapi terpisah oleh jalan desa. Menurut sebuah sumber berpendapat bahwa sekilas bangunan candi Plaosan mirip dengan Candi Prambanan, hanya saja ukuran Candi Plaosan lebih kecil. Kemiripan tadi disebabkan karena kedua candi tersebut sama-sama bercorak Budha.
1.      Candi Plaosan Lor
Candi Plaosan Lor, sesuai dengan namanya tentunya letaknya ada di sebelah utara dengan komplek halaman yang amat luas. Pada pintu masuk candi Plaosan Lor terdapat dua patung penjaga atau arca. Pada candi Plaosan Lor banyak terdapat relief-relief yang menggambarkan tokoh wanita. Seperti pada sejarahnya, bahwa candi Plaosan Lor ini dibuat oleh tangan Rakai Pikatan sendiri. Percandian dengan 176 candi ini terdiri atas 2 candi induk, 58 candi perwara, dan 116 stupa perwara. Candi Plaosan Lor memiliki dua candi induk yang berdiri di halaman utama sejajar utara selatan. Halaman utamanya berbentuk persegi panjang dengan luas 137,50x40m2. Di halaman tengah mengelilingi candi kembar berdiri 58 candi perwara dan 126 stupa perwara. Terdiri atas tiga baris pada candi Plaosan Lor, yaitu pada baris I terdapat 50 candi perwara; sementara baris II terdapat 54 stupa dan 4 candi perwara; sedangkan baris III ada 72 stupa perwara dan 4 candi perwara.
2.      Candi Plaosan Kidul

Di sebelah selatan, terdapat satu candi induk lagi yang bernama candi Plaosan Kidul. Jika candi Plaosan Lor menggambarkan tokoh wanita, maka candi Plaosan Kidul menggambarkan tokoh pria, dan konon dibangun sendiri oleh Pramudya Wardhani. Di dalam halaman utama, susunan candi Plaosan Kidul menyerupai papan catur terdiri atas 81 kotak dengan 69 stupa. Candi induk berada di tengah dikelilingi 16 candi perwara dalam 2 baris di sisi depan, dan 69 stupa perwara dalam 3 baris mengitari candi induk. Sama seperti candi Plaosan Kidul, terdapa 3 baris yang berdirikan candi-candi. Pada baris I terdapat 15 stupa, pada baris II sebanyak 23 stupa, dan baris III terdapat 3 stupa. Pada percandian Plaosan Kidul yang tersisa hanya sejumlah arca Bodhisatwa dan Tara.
Di dalam candi Plaosan terdapat relief-relief dan prasasti-prasasti dengan tulisan Jawa Kuna. Dari relief maupun prasasti tersebut penggambaran tentang sejarah pada masa candi Plaosan dibangun dapat terbaca dan diketahui oleh masyarakat. Dari segi arsitektural, bentuk Candi Plaosan Lor dengan Candi Plaosan Kidul serupa. Stupa-stupa yang tingginya 7,00 memiliki bentuk genta yang unik karena menyempit di dekat kaki stupa.
Pada sejumlah batu stupa dan candi perwara terdapat inskripsi pendek:
ü  ‘Anumoda Sang Sirikan pu Surya’ (hadiah dari Sirikan-pejabat tinggi-pu Surya)
ü  ‘dharma Cri Maharaja (wakaf Sang Maharaja-ialah Rakai Pikatan)
ü  ‘Anumoda Cri Kahulunan (hadiah Sri Baginda Putri)
Menurut salah satu sumber di internet mengenai keadaan di komplek percandian Plaosan ini cukup memprihatinkan. Banyak sekali candi perwara yang runtuh berhamburan dan hanya terdapat beberapa candi perwara yang masih berdiri kokoh. Rupanya candi Plaosan cukup kurang mendapatkan perhatian pemerintah untuk segera dilakukannya pemugaran. Nampaknya banyak sekali candi-candi di Jawa Tengah yang kurang mendapatkan perhatian lebih dari pihak yang berwenang, salah satunya adalah candi Plaosan yang jika dengan segera dilakukan pemugaran, tentunya akan mendatangkan banyak sorot perhatian dari masyarakat. Memang, jika dibandingkan dengan candi Prambanan yang jauh lebih terkenal lebih dulu, candi Plaosan tentu belum mendapatkan ‘tempat’ di hati masyarakat.  Kondisi candi Plaosan yang sangat memprihatinkan juga dilihat dari sedikitnya pengunjung yang datang ke sana. Dalam sehari, pengunjung yang datang tidak mencapai ratusan seperti di candi Prambanan. Terkadang hanya puluhan bahkan belasan. Beberapa bagian di percandian Plaosan memang sudah mengalami pemugaran. Namun, dibutuhkan perawatan dan perhatian yang lebih agar komplek percandian ini tidak rusak lebih parah lagi dan hancur tak tertolong. Maka, satu dari sekian warisan budaya akan menjadi korban.


E.     Penilaian Situs sebagai Warisan Budaya Nasional

Candi Plaosan nampaknya mampu diajukan sebagai warisan budaya tingkat nasional karena memiliki beberapa kriteria, yaitu antara lain:

1.      Candi Plaosan Memiliki Karya Keunggulan Kreatif Manusia

Candi Plaosan dikatakan sebagai suatu karya keunggulan kreatif manusia yaitu karena candi ini dibangun sendiri oleh Rakai Pikatan dan permaisurinya, Pramudya Wardhani. Jika melihat kondisi pada jamannya, saat itu keadaan sekitar penuh dengan penentangan dari kedua belah pihak keluarga masing-masing terhadap pernikahan antara Rakai Pikatan yang keturunan wangsa Sanjaya dan Pramudya Wardhani keturunan wangsa Sailendra, yang pada dasarnya memiliki perbedaan latar belakang budaya, yaitu Hindu dan Budha. Bisa dibayangkan, dalam kondisi yang tidak memungkinkan seperti itu, kedua anak manusia ini tetap pada pendirian mereka untuk tetap menikah dan membangun candi tersebut sebagai simbol keabadian cinta mereka.




2.      Gambaran Perkembangan Seni Arsitektural dan Teknologi pada pembangan Candi Plaosan
Sebelum adanya ajaran Hindu-Budha di Indonesia, masyarakat Indonesia telah memiliki budaya yang cukup tinggi. Dengan masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia, rupanya semakin memperkaya masyarakat Indonesia dalam perkembangan teknologi dan seni arsitektural. Perpaduan antara pengetahuan dan teknologi dari India dengan Indonesia terlihat pula pada pembuatan dan pendirian bangunan candi baik candi dari agama Hindu maupun Budha. Bangunan candi merupakan hasil karya ahli-ahli bangunan agama Hindu-Budha yang memiliki nilai budaya yang sangat tinggi. Selain itu terlihat dalam penulisan prasasti-prasastri pada batu-batu besar yang membutuhkan keahlian, pengetahuan, dan teknik penulisan yang tinggi. Pengetahuan dan perkenalan teknologi yang tinggi dilakukan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni aslibangsa Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasibudaya bangsa Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Candi-candi di Indonesia kebanyakan mengadaptasi struktur berundak yang sudah menjadi tradisi nenek moyang sejak zaman prasejarah. Beberapa candi yang dibangun di masa kerajaan Hindu dan Budha juga masih mengadaptasi struktur berundak. Penemuan adanya pagar di sekeliling Candi Plaosan juga mengindikasikan bahwa bangunan candi bersebut juga mengadaptasi struktur berundak.


3.      Keunikan yang Menjadi Satu Bukti yang Luar Biasa dari Tradisi Budaya atau peradaban pada Candi Plaosan

Satu hal yang unik yang ada pada candi Plaosan yaitu ditemukan sebuah sumber mengatakan bahwa pembangunan candi Plaosan mengalami perpaduan antara budaya Hindu dan Budha, padahal candi Plaosan sendiri bercorak Budha. Hal ini dibuktikan karena adanya penggabungan budaya Hindu dan Budha atas pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramudya Wardhani.
 Pada versi lain, sebuah sumber juga mengatakan tentang hal yang unik dan tidak biasa ditemukan di candi-candi pada umumnya, ternyata hanya ada pada candi Plaosan, yaitu permukaan terasnya yang halus. Teras ini berbeda dengan teras candi yang lain yang dibangun pada masa yang sama. Menurut sumber, teras yang halus tersebut kemungkinan berfungsi sebagai wihara atau tempat suci untuk berdoa.
Selain kedua hal unik di atas, pada salah sebuah artikel menjelaskan tentang akan adanya rencana perluasan lahan percandian Plaosan dengan menonjolkan candi perwara yang dimiliki. Lain halnya dengan candi Prambanan yang justru menonjolkan pada tiga candi induk saja yang ukurannya jauh lebih besar.

4.      Candi Plaosan menggambarkan jenis bangunan atau arsitektur yang menonjol

Mengingat sejarah pembangunan candi Plaosan yang dibuat sendiri oleh tangan Rakai Pikatan dan Pramudya Wardhani, hal ini dapat dihubungkan dengan salah satu kriteria bangunan yang menonjol pada candi tersebut dengan menggambarkan tahap-tahap penting dari sejarah manusia. Candi Plaosan Lor dibangun dengan menggambarkan sosok wanita, sedangkan candi Plaosan Kidul menggambarkan sosok pria. Hal ini dibuktikan dengan adanya relief-relief yang menjelaskan dan memperlihatkan sosok pria-wanita tersebut. Selain relief-relief tersebut, terdapat juga prasasti-prasasti yang menceritakan sejarah dibangunnya percandian Plaosan tersebut sebagai simbol keabadian cinta Rakai Pikatan dan Pramudya Wardhani.

5.      Penggunaan Lahan di sekitar bangunan Candi Plaosan sebagai Kesan Menonjol dari Pemukiman Tradisional Manusia

Percandian Plaosan dibangun di atas halaman yang sangat luas. Di sekelilingnya terdapat perkebunan seperti kebun jagung, persawahan dan kebun tembakau yang menambah suasana di sekitar komplek percandian menjadi semakin asri, sejuk, tenang dan nyaman. Selain itu, terdapat pula parit atau saluran air yang mengelilingi candi. Menurut juru kunci yang ada di candi Plaosan mengatakan bahwa fungsi dari saluran air agar air tanah dimanfaatkan untuk membuat tanah di sekitar menjadi padat. Selain itu, pemerintah juga sedang melakukan penggalian dan jika akan benar-benar digali semua maka rumah-rumah penduduk akan terkena imbasnya. Penggalian ini dimaksudkan untuk mencari keseluruhan dari bagian komplek percandian plaosan.

6.      Kepercayaan Akan Peristiwa dan Tradisi yang Masih Hidup di Candi Plaosan.

Candi Plaosan merupakan candi yang dipercaya oleh masyarakat sekitar dapat memberikan momongan bagi pasangan suami istri yang sudah alam menikah tetapi belum juga dikaruniai anak. Akan tetapi, hal itu perlu diadakan ritual-ritual tertentu yang sudah ditetapkan. Seperti hari-hari yang sudah ditetapkan untuk melakukan ritula-ritual tersebut, yaitu hari kamis kliwon dan malam kliwon sebanyak tiga kali.
Kepercayaan tersebut di latar belakangi oleh sejarah pembuatan candi Plaosan dan ikatan cinta antara Rakai Pikatan dengan Pramudya Wardhani yang begitu kuat sehingga banyak sekali pasangan-pasangan yang mempercayai bahwa hal tersebut memiliki ‘power’ dapat mengabulkan permohonan agar diberikan momongan maupun dilancarkan urusan asmaranya. Dan sudah cukup banyak buktinya bahwa kepercayaan tersebut memang ada hasil dan kebenaranannya, terlepas dari apakah hal itu hanya sebagai pembangun sugesti saja atau memang memiliki ‘power’ tersendiri.
Kawasan Candi Plaosan termasuk kawasan yang terdapat banyak kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang secara rutin di lakukan di sana. Kegiatan sosial masyarakat tersebut dalam bidang seni seperti :
·         Seni musik : Karawitan, Keroncong, Laras Madya, Samroh, Kulintang, Waranggono, dan Macopat. Di Kawasan candi Plaosan cukup dikenal musik tradisional dari bambu ( Musik Bambu Pring Sedapur ) yang pernah ditampilkan di Jepang.
·         Seni tari : jenis tarian tradisional yang merupakan ciri khas dan sering dimainkan oleh penduduk setempat adalah jatilan, yaitu tarian keprajuritan yang menggambarkan perang saudara antara Demak dan Pengging.
·         Seni teater : Ketoprak, Wayang Orang, Srundul, Sruntul, dan juga Pedalangan Purwa.
·         Dongen tradisional : cents Bandung Bondowasa, cents rakyat terjadinya Desa Taji, terjadinya Desa Kongklangan, dan terjadinya Desa Pandansimping.
Selain itu, ada pula upacara-upacara adat yang sering dilakukan di kawasan Candi Plaosan, yaitu  dalam Upacara Keagamaan di kawasan sekitar candi Plaosan masih melakukan kegiatan religius seperti pengajian, tahblan, wayangan dsb secara rutin.
F.     Perbandingan dengan Situs Lain

Candi-candi yang tersebar di Indonesia sangat banyak sekali. Apalagi Candi Plaosan yang berdiri di kawasan percandian di Jawa Tengah. Hal itu tentu akan menimbulkan banyak perbandingan khususnya untuk bangunan candi di Jawa tengah dan di Jawa Timur. Dari segi arsitektur, sekilas bangunan candi bentuknya mirip satu sama lain. Tetapi jika diteliti, tentu tiap-tiap candi memiliki ciri dan karateristik tersendiri.
Bagian dalam candi yang paling berpengaruh untuk sebagai perbandingan, dapat dilihat melalui relief-relief yang ada di candi-candi tersebut. Relief-relief yang ada pada candi di Jawa Tengah memiliki banyak perbedaan dengan candi di Jawa Timur. Misalnya yaitu seperti Candi di Jawa Tengah umurnya lebih tua dibandingkan dengan candi di Jawa Timur. Hal inilah yang juga menjadi salah satu alasan mengapa candi Plaosan terpilih untuk diajukan sebagai warisan budaya nasional. Selain umur berdirinya yang jauh lebih tua, masih banyak keistimewaan-keistimewaan lainnya yang dimiliki candi Plaosan.
Dari segi arsitektural, candi Plaosan memiliki ciri dengan berdirinya dua buah candi yaitu Plaosan Lor dan Plaosan Kidul. Kedua candi induk tersebut juga memiliki simbol sebagai candi ‘pria’ dan candi ‘wanita’ dan dalam sejarahnya dibangun sebagai tanda bukti cinta si pembuat kepada pasangannya. Sedangkan candi-candi lain, contohnya candi Sewu, meskipun faktanya pada sebuah sumber dikatakan candi terbesar kedua setelah candi Borobudur karena jumlah candi perwaranya yang mencapai 240 sehingga kelihatan begitu besar, tidak menjamin bahwa candi Sewu mendapatkan perhatian sebesar terhadap candi Borobudur yang memang sudah terkenal lebih dahulu. Candi Sewu memang memiliki keunikan bahwa berdiri di dekat candi bercorak Hindu yaitu candi Prambanan. Tetapi Candi Plaosan yang bercorak Budha, justru memiliki latar belakang bahwa candi ini dibangun karena penggabungan budaya antara Hindu dan Budha. Hal itu jelas lebih menarik dibandingkan Candi Sewu.
Dan sudah dijelaskan pada deskripsi situs mengenai permukaan teras candi Plaosan yang halus dan jarang ditemui di candi-candi lain yang sama-sama dibangun pada masa itu. Sedangkan kondisi candi Plaosan memang sudah mengalami kerusakan dan telah dilakukan pemugaran. Namun jika dibandingkan dengan situs-situs lain yang sepertinya ada yang jauh lebih parah kerusakannya dari candi Plaosan, yaitu candi Bobroh. Oleh karena itu, ada kiranya jika candi Plaosan memang sudah seharusnya mendapatkan pusat perhatian dari masyarakat dan pemerinta untuk dijadikan warisan budaya nasional, agar kelestariannya yang belum sempat hancur seluruhnya masih dapat dicegah dan diperbaiki.

G.    Alasan Pengajuan dan Relevansi
Mengenai alasan saya dalam mengajukan candi Plaosan menjadi warisan budaya nasional, sedikit bagian sudah saya terangkan di subbab sebelumnya. Candi Borobudur, memang candi terbesar yang telah mendapatkan perhatian masyarakat luas. Sedangkan candi Plaosan hanya sebuah candi yang mungkin tidak dikatahui oleh banyak orang bahwa candi peninggalan kerajaan Mataram Kuna itu ada di daerah Klaten, Jawa Tengah. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya usaha dalam mempromosikan situs budaya ini kepada masyarakat. Seperti halnya yang pernah saya baca dalam sebuah sumber, bahwa Candi Plaosan masih jarang bahkan mungkin memang tidak pernah sama sekali masuk ke dalam paket wisata liburan atau kunjungan ke situ-situs di Jawa Tengah. Biasanya paketan wisata tersebut hanya ke Candi Prambanan, Candi Borobudur, Candi Dieng yang paling sering.
Sangat disayangkan sebenarnya jika sampai keindahan candi Plaosan yang berdiri di tengah halaman luas dengan sekeliling hamparan sawah dan perkebunan jagung juga tembakau, harus tidak diketahui oleh masyarakat. Dari segi arsitektur, candi Plaosan memiliki ciri dengan kedua candi kembarnya. Dari segi kepercayaan, terdapat ritual-ritual dan kepercayaan tentang mendapatkan momongan bagia para pasangan yang belum dikaruniai anak juga kelancaran akan hubungan asmara akibat dari sejarah dibangunnya candi kembar ini adalah sebagai bukti kekuatan cinta Rakai Pikatan dan Pramudya Wardhani yang begitu kuat. Dari kegiatan-kegiatan sosial yang rutin dilakukan di kawasan percandian, tentu akan mendatangkan keuntungan tersendiri jika promosi candi Plaosan dengan berbagai macam segelintir kegiatan sosial yang mencakup unsur kebudayaan yang jarang bisa ditemui di daerah perkotaan.
Selain itu, mengapa candi Plaosan yang terpilih sebagai calon warisan budaya nasional karena candi kembar ini membutuhkan pemugaran dan pelestarian lebih lainjut agar keruntuhan-keruntuhan candi tidak terjadi terus menerus meski dalam waktu tempo yang tidak begitu beriringan antara keruntuhan yang satu dan yang lainnya. Saya yakin, apabila pemugaran terhadap candi Plaosan dilakukan dengan serius, kemudian perkenalan terhadap candi kembar ini dilakukan secara intensif kepada masyarakat dengan cara paket wisata maupun sebagai situs edukasi, pasti candi Plaosan mendapatkan perhatian lebih di hati masyarakat luas. Mengingat biaya masuk ke candi kembar ini juga sangat murah, sebaiknya memang harus dilakukan berbagai cara agar candi Plaosan mengalami bertambahnya pengunjung dan dapat terpelihara dengan lebih baik. Maka satu lagi situs kebudayaan nasional dapat dipertahankan sehingga mampu menjadi warisan budaya nasional.



DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Soeroto, Myrtha. 2009. Album Arsitektur Candi-Cagar Budaya Klasik Hindu Budha. Myrtle Publishing

Internet:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar