4 Januari 2013

Tentang Jogja


aku baru sekali berkunjung ke Jogja.
hanya sebentar, tidak lama
ada yg tertawa ketika aku tak mungkin bisa lagi berkunjung
ke sana
seakan-akan dirinya paling hebat bisa berkali-kali
menginjak Jogja.

aku iri? tidak sama sekali.
aku senang dengan perjalanan ini
perjalanan hingga suatu ketika aku tengah berdiri
di tanah Malioboro
ikut berdendang menikmati musik jalanan
memandang jauh Stasiun Tugu, dan melemparkan senyum
pada Tugu Jogja.

hidup ini tidaklah mudah, semudah membalik telapak tangan, katanya.
tapi memang benar. jika hidup begitu mudah dijalankan,
bukan hidup namanya bila tak ada angin hambatan,
badai rintangan, dan topan kegelisahan
ketika bebagai macam kesulitan hadir, di sanalah hidup kita yg benar-benar HIDUP.

kala malam, aku teringat akan Jogja.
aku menghela nafas rindu suasana malam di Alun-Alun Selatan-nya
aku tersenyum kecil penasaran pada Taman Sari-nya
rasanya ingin sekali lari dan memeluk hangatnya Jogja

di antara lirih, hati ini tersenyum
Jogja begitu misteri
ia bagai angin, datang dan pergi dalam benak ini
begitu sampai, wanginya tercium sampai bikin pusing

dan kala malam itu, hingga kini
aku hanya bisa melihat telapak tanganku
yg pernah menyentuh malam dan siang milik Jogja.
ya..
aku masih ingat,
saat andong membawaku berkeliling Jogja yg tak pernah sepi...

Jakarta, 2012.

Benteng Vredeburg, Yogyakarta (09/04/11)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar